Kamis, 09 Juni 2016

Resume Kelompok 2



AGAMA TRADISIONAL ORANG JAWA

A.    Kepercayaan tradisional Jawa dan aneka laku yang di praktekkan
Kepercayaan tradisional Jawa biasanya kita sering sebut dengan kepercayaan Kejawean. Untuk mengetaui segala sesuatu tentang kepercayaan kejawean, maka kita harus tahu dulu dasar dari semuanya. Yakni, kita harus mengetahui artinya terlebih dahulu. Kepercayaan berasal dari kata “percaya”, yakni gerakan hati dalam  menerima sesuatu yang logis dan bukan logis tanpa suatu beban atau keraguan sama sekali. Sedangkan  Kejawen itu merupakan campuran (syncretisme) kebudayaan Jawa asli dengan agama pendatang yaitu Hindu, Budha, Islam, dan Kristen.[1] Tetapi dari percampuran semua agama, yang paling dominan adalah Islam. Sehingga mayoritas ajarannya sedikit banyak merupakan ajaran Islam.
Berikut merupakan tradisi Jawa yang masih bertahan yang sudah tercampur oleh agama lain khususnya agama Islam:
1.      Tahlilan: Tahlilan berasal dari kata Hallala, Yuhallilu, Tahlillan. Artinya membaca kalimah La Ilaha Illallah. Biasanya dilakukan di masuki, musholah, rumah atau lapangan.
2.      Ziarah kubur: mengunjungi makam sudah menjadi pemandangan umum di masyarakat kalau tidak kamis sore kadang Jum,at pagi.[2] Hal ini dilakukan karena sejak jaman agama Islam belum masuk ke Jawa. Masyarakat Jawapun melakukan ziarah kubur namun masih dalam kepercayaan Hindu-Buddha.
3.      Haul: Kata “Haul” berasal dari Arab artinya setahun. Peringatan haul berarti peingatan genap satu tahun biasanya peringatan-peringatan seperti ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat Islam jawa, gema haul akan terasa dahsyat apabila yang meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama besar, atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian acaranya biasnya dapat bervariasi, ada pengajian, tahlil akbar, mujahadah dan musyawarah.

B.     Upacara keagamaan dan makna Keselamatan Orang jawa
Salah satu upacara keagamaan Kejawean yaitu Slametan. Slametan, dengan demikian, merupakan upacara dasar yang inti di sebagaian msyarakat Mojokuto dimana pandangan dunia abangan paling menonjol. Slametan itu mungkin mencakup keseluruhan upacara : pada peristiwa lain, seperti pesta perkawinan,  slametan itu boleh jadi sangan singkat, tertutup, oleh berbagai situs dan aneka ragam perbuatan upacara lain yang lebih terperinci, hingga kalau kita tidak memperhatikan dengan teliti, semuanya itu akan luput dari pengamatan.
Slametan terbagi dalam empat jenis yaitu :
1.      Yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya
2.      Yang ada sangkutannya dengan intregasi sosial desa, bersih desa, (harfiah berarti pembersihan desa, yakni dari roh-roh jahat
3.      Slametan sela yang Yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan seperti kelahiran, khitanan dan kematian
4.      Diselenggarakan dalam waktu yang tidak tepat, tergantung kepada kejadian luar biasa yang dialami seseorang. Keberangkatan untuk suatu perjalanan jauh, pindah tempat, ganti nama, sakit, terkena tenung dan sebagainya.


C.    Kepercayaan kejawen ( kepercayaan orang abangan di jawa )
Dalam kepercayaan kejawe klasik, apa yang disebut “leluhur” itu adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat luhur pada masa hidupnya dan setelah meninggal mereka masih senantiasa di hubungi oleh orang-orang yang masih hidup denga cara melakukan upacara adat. Pada hakekatnya “leluhur” ini adalah nenek moyang dahulu kala yang telah punah. Namun mereka masih dianggap sebagai pesona-pesona yang telah berhasil membentuk pola masyarakat sampai berbentuk seperti sekarang ini dan seterusnya berhasil meneruskan garis keturunan sampai saat ini. “leluhur” itu dipercayai sebagai arwah, yang berada di alam rohani, alam atas, alam roh-roh halus dan dekat dengan Yang Maha Luhur yang patut menjadi teladan, kaidah atau norma.Dan masyarakat Jawa mempunyai kepercayaaan terhadap makhluk halus, ada beberapa jenis seperti:
1.      Memedi : Roh yang Menakut-nakuti
Orang Memedi adalah istilah Jawa untuk jenis roh yang paling mudah di pahami orang barat, karena ia hampir tepat sama dengan apa yang dalam bahasa Inggris disebut Spooks (hantu). Salah satu jenis hantu yang telah dikonsepsikan dan disepakati umum adalah Sundel bolong yaitu seorang wanita cantik yang telanjang tetapi kecantikannya dicemarkan dengan adanya lubang besar di tengah punggungnya. Rambutnya hitam dan panjang sampai ke pantat, hingga menutupi lubang dipunggung nya.
2.      Tuyul : Makhluk Halus Yang Karib
Walaupun beberapa orang mengatakan bahwa mereka itu bisa di dapatkan lewat puasa dan meditasi dan orang lain lagi mengatakan bahwa kita malahan tak perlu melakukan itu ( semuanya itu tergantung dari tuyul sendiri, kalau ia ingin menolong kita ia akan menolong dan kalau ia tidak mau, ia akan menolak, tak peduli apapun yang kita lakukan ) tetapi kebanyakan orang beranggapan bahwa orang perlu membuat semacam perjanjian dengan setan, supaya tuyul mau menerima tawarannya.

3.      Lelembu : Roh Yang Menyebabkan kesurupan
Teori jawa tentang kesurupan sudah berkembang agak lanjut. Lelembu menurut beberapa orang selalu msuk kedalam tubuh dari bawah melalui kaki (itulah sebabnya orang membasuh kakinya sebelum bersembahyang di Masjid).
4.      Demit : Makhluk Halus Yang Menghuni Suatu Tempat
Ada banyak versi tentang mitos penciptaan Jawa, babad Tanah Jawa. Dalam suatu dongeng yang dikisahkan kepada saya oleh seorang dalang di desa sebelah utara Mojokuto, kisah itu mulai dengan Semar. Penda itu berkata kepada semar : Ceritakan kepadaku kisah pulau Jawa seblum ada manusia. Semar mengatakan bahwa pada masa itu seluruh pulau diliputi oleh hutan belantara kecuali sebidang kecil sawah tempat semar bertanam padi di kaki gunung Merbabu (sebuah gunung berapi di Jawa Tengah). sebenarnya kata semar, aku bukan manusia aku adalah makhluk halus yang tertua, rja dan nenek moyang sekalian makhluk halus, dan melalui mereka ini menjadi raja seluruh manusia.
5.      Danyang : Roh Pelindung
Danyang umumnya adalah nama lain dari demit (yang adalah akar kata Jawa yang berarti “Roh”) seperti demit. Danyang tinggal menetap pada suatu tempat yang disebut punden seperti demit, mereka menerima permohonan orang untuk minta tolong dan sebagai imbalnnya menerima persembahan slametan.

D.    Kitab-kitab Kejawen (Kitab Serat Wulangreh, Kitab Serat Weddatama, Kitab Hidayat Jati, Kitab Darmogandul, Kitab Gatoloco)
1.      Serat Wulang Reh
Wulang Reh atau Serat Wulangreh adalah karya sastra berupa tembang macapat karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta, yang lahir pada 2 September1768. Dia bertahta sejak 29 November1788 hingga akhir hayatnya pada 1 Oktober1820.
Kata Wulang bersinonim dengan kata pitutur memiliki arti ajaran. Kata Reh berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya jalan, aturan dan lakucara mencapai atau tuntutan. Wulang Reh dapat dimaknai ajaran untuk mencapai sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dalam karya ini adalah laku menuju hidup harmoni atau sempurna.
2.      Serat Wedhatama
Serat Wedhatamaadalah sebuah karya sastra Jawa Baru yang bisa digolongkan sebagai karya moralistis-didaktis yang sedikit dipengaruhi Islam. Karya ini secara formal dinyatakan ditulis oleh KGPAAMangkunegara IV. Serat ini dianggap sebagai salah satu puncak estetika sastra Jawa abad ke-19 dan memiliki karakter mistik yang kuat. Bentuknya adalah tembang, yang biasa dipakai pada masa itu.
3.      Serat Wirid Hidayat Jati
Serat Wirid Hidayat Jati merupakan salah satu dari sekian banyak hasil karya pujangga masyhur kraton Surakarta Raden Ngabehi Rongggowarsito. Tulisan ini disempurnakan atau diselesaikan penulisnya pada tahun Jawa 1791 atau tahun 1862 yang ditulis dalam bahasa Jawa karma gancaran (prosa) yang halus dan indah dengan tulisan huruf Jawa. Kitab Darmogandul
Pada umumnya, kitab Darmogandul ini banyak menceritakan tentang fenomena keagamaan saat itu, yakni saat Majapahit memimpin nusantara. Tentu saja, agama-agama yang disinggung saat itu adalah Budha, Hindu, dan Islam.
4.      Kitab Gatoloco
Adapun “kitab suci” aliran kebatinan yang mirip dengan Darmogandul adalah Gatoloco. Kitab ini diperkirakan sudah ada pada abad ke 19 M.


E.     Interaksi Kepercayaan Orang Jawa dengan agama-agama lain
Pandangan umum tentang Jawa telah sampai pada kesimpulan bahwa Interaksi cukup kuat antar agama-agama yang masuk ke Jawa menciptakan bentuk keislaman yang tidak lagi murni dan terbebas dari unsur-unsur yang tidak Islami, atau ;lebih tepatnya tetap dipengaruhi secara dominan oleh anasir agama sebelumnya.


Referensi
Tandjung, Krisnina Maharani, Kejawen , Malang: Yayasan Yusula, 2005
Jamil, Abdul, Dkk. Islam Dan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta: Gama  Media.2002



[1] Krisnina maharani tndjung,kejawen ,( Malang: Yayasan Yusula, 2005), h. 13
[2] Abdul Jamil Dkk. Islam Dan Kebudayaan Jawa.(Yogyakarta: Gama Media.2002), h.17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar