Selasa, 14 Juni 2016

Resume Kelompok 10



Agama Tradisional Suku Naulu




A.    Sejarah Asal Usul Suku Naulu


Suku Naulu (Noaulu), adalah suku yang bermukim di bagian utara pulau Seram di provinsi Maluku Indonesia. Suku Naulu mendiami 2 dusun, yaitu dusun Nuanea dan dusun Sepa. Pemukiman suku Naulu di Nuanea hanya berada di satu pemukiman, sedangkan yang berada di Dusun Sepa terdiri dari 5 kampung, yaitu Bonara, Naulu Lama, Hauwalan, Yalahatan dan Rohua.[1]


Suku Naulu sering disebut juga orang Naulu atau Nuahunai, artinya orang yang berdiam di hulu Sungai Nua yaitu daerah dari mana mereka berasal sebelum menempati daerah yang sekarang. Suku Naulu terletak di wilayah Kecamatan Amhai, kampung Lama/Yahisiro dan Bonara. Naulu terdiri dari dua kata Nua yang berarti air, Ulu artinya kepala. Jadi Naulu artinya suku yang mendiami kepala air Nua/ Sungai Nua. Penamaan suku Naulu dilatar belakangi oleh tempat tinggal nenek moyang mereka.


Asal muasal mereka bertempat tinggal di Weri Hulawano (Kepala air Nua) karena terjadi perselisihan antar klan. Akibat perselisihan itu para kepala suku bersepakat untuk pindah ke pantai. Masing-masing kepala suku berebutan tempat pada kedua bagian tersebut. akibatnya, di antara mereka pun berselisih ladi gan mereka kembali lagi ke Pia dan Weno di Amtrino.


Sekian lamanya mereka tinggal di Pia dan  Weno, kemudian mereka melakukan hubungan dengan Raja Sepa. Raja Sepa tidak keberatan hidup berdampingan dengan Suku Naulu asal saja suku Naulu memenuhi persyaratan-persyaratan yang di ajukan raja Sepa.


Sejak itu suku Naulu bertempat tinggal di Kampung Lama, yakni kurang lebih 25 km dari Sepa. Mulai saat itulah tidak ada lagi adat Suku Naulu yang suka memotong kepala manusia dan senantiasa bergotong royong jika Baeleu Sepu dibangun





1.      Konsepsi tentang Tuhan


Upu Kuanahatana atau Upu Allah taala suatu zat yang merupakan kepercayaan tertinggi bagi suku Naulu. Apa saja permohonan mereka langsung dimintakan kepada Allah taala.


NamaUpu kuanahatana sering mereka pergunakan dalam sumpah. Jika mereka bersumpah, mereka menyebut: “eh Upu kuanahatana atau eh Upu Allah taala” sambil telunjuk mereka ke atas.


Kalaupun ada kepercayaan kepada arwah nenek moyang hal itu adalah bentuk penghargaan atas jasa-jasa mereka selama hidupnya. Tetapi kepercayaan utama mereka hanya kepada Upu Allah taala.


2.      Mite Penjadian


Ada beberapa mite dala proses kejadian alam ini. Pertama, Awalu (Upu kuanahatana) menjadikan Nunusaku. Nunusaku adalah suatu yang berpribadi. Dari Nunusaku  inilah menjelma seorang berpribadi yang berbentuk laki-laki dengan seorang wanita yang berasal dari kayangan (langit). Dari hubungan kedua lawan jenis ini lahirlah manusia-manusia, seperti Tala, Eti dan sapalewa. Dengan izin Upu Kuanahatana darah yang mengalir dari kelahiran Tala, Eti dan sapalewaa itu menjadi danau.


Kedua,  Upu Kuanahatana menciptakan langit sebagai pribadi laki-laki (adam) dan bumi sebagai pribadi perempuan (hawa). Dari persentuhan kedua pribadi tersebut, lahirlah benda-benda alam yang lain. Setelah terjadi semua isi bumi, Upu Kuanahatana menurunkan Maatope dari langit. Maatope diturunkan dari langit dengan tali seperti benang sutera yng sangat halus, mengingat bumi dimana tempat turunnya Maatope ini masih cair. Berubah padat, dan akhirnya Maatope Maanawa yakni Maatope laki-laki. Setelah itu Upu Kuanahatana menciptakan Maatope Hihina (perempuan) dari langit. Langsung diturunkan ke bumi. Dari Maatope Maanawa dari Maatope Hihina inilah berkembang manusia.




C.    Upacara-Upacara Suku Naulu


1.      Upacara Kehamilan


Kehamilan bagi masyarakat Nuaulu dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Upacara baru diadakan pada usia kandungan telah mencapai sembilan bulan karena masyarakat Nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai 9 bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Bukan saja bagi dirinya sendiri dan anak yang dikandungnya, tetapi juga orang lain di sekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Dan, untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno.


Selain itu mereka juga beranggapan bahwa pada hakekatnya kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. jadi dalam hal ini (masa kehamilan 1-8 bulan) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan.[2]


2.      Upacara Suu Anaku (Memandikan Anak)


Dikalangan mereka ada suatu tradisi yang termasuk dalam upacara lingkaran hidup individu. Yaitu upacara yang berkenaan dengan masa peralihan dari masa kandungan hingga kelahiran. Upacara tersebut dinamakan oleh mereka upacara “Suu Anaku” yang berarti “memandikan anak”. Ada dua versi yang berkenaan dengan tujuan upacara ini. Versi yang pertama mengatakan bahwa tujuan dari upacara ini adalah agar bayi baik ketika masih dalam kandungan hingga ketika dilahirkan tidak di ganggu oleh roh-roh jahat. Versi ini sangat erat kaitannya dengan kepercayaan mereka bahwa seorang perempuan yang sedang berbadan dua (mengandung) berada dibawah pengaruh roh jahat yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan sesuatu yang tak diinginkan (mencelakakan), baik terhadap ibunya maupun calon bayi untuk melenyapkan pengarh roh-roh jahat tersebut maka perlu di lakukan upacara Suu Anaku. Sedangkan versi lainnya mengatakan bahwa upacara Suu Anaku bertujuan untuk menghilangkan pembawaan-pembawaan lahiriyah (sifat, watak, dan lain sebagainya) yang buruk pada sang bayi. Versi ini sangat erat kaitannya dengan kepercayaan bahwa watak seseorang ditentukan oleh watak yang di miliki oleh ama (ayah) dan ina (ibu).


3.      Upacara Masa Dewasa bagi Perempuan (Pinamou)


Istilah  pinamou  dalam  pengertian  lokal  berarti  wanita  bisu  karena selama berlangsungnya upacara ini si wanita bertindak seperti orang bisu. Wanita pinamou  dibolehkan  berbiacara  tapi  harus  berbisik  tidak  boleh  berbicara  keraskeras.  Adapun  maksud  dan  tujuan  penyelenggaraan  upacara  ini  adalah  untuk mangalihkan status seorang perempuan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.


4.      Ritual masa Dewasa bagi laki-laki


Dalam  kehidupan  suku  Nuaulu  laki-laki  mempunyai  kedudukan  khusus didalamkehidupan  sosial  budaya  masyarakat.  Anak  laki-laki sejak kecil telah ditempa  sedemikian  rupa  sehingga  mereka  setelah  dewasa  mampu  bertindaksebagai  pria-pria  yang  bertanggung  jawab. 


Dalam  bahasa  daerah  setempat  upacara  masa  dewasa  bagi  anak  laki-laki disebut  pataheri  yang  berarti  pemakaian  cidaku  dan  kain  berang  (kain  merah) yang  mempunyai  arti  penting  bagi  kehidupan  seorang  pria  Nuaulu  karena mengandung  arti  pengakuan  masyarakat  secara  yuridis  formal  akan  hak  dan kewajiban seorang anak  laki-laki serta dianggap  sebagai  ajang  melepaskan dosa dan  harus  berdiri  sendiri.


5.      Upacara Ritual Kematian


Dalam  kehidupan orang Nuaulu upacara kematian adalah suatu upacara siklus hidup penting  yang harus dilaksanakan agar orang yang meninggal memperoleh tempat di  surga  dan juga  ruh  mereka  (orang  meninggal)  dapat  menjadi  pelindung  bagi  orang-orang yang  hidup.  Keseluruhan  prosesi  upacara  adat  kematian  ini  akan  dipimpin  oleh seorang  pendeta  adat. 



1.      Adat meminang (Ruetauanamana)


Kebanyakan dalam etika Naulu, sebelum calon pengantin perempuan dan calon pengantin laki-kali menikah. Calon pengantin laki-laki tersebut melaksanakan perkumpulan keluarga dahulu dalam rangka membicarakan tujuan calon pengantin laki-laki untuk meminang calon pengantin perempuan dan mementukan pula kapan pernikahan akan dilaksanakan. Seterusnya keluarga calon pengantin laki-laki keluar meninggal rumah huniannya untuk meminang calon pengantin perempuan di rumah pengantin perempuannya.


Persiapan calon pengantin laki-laki dalam mempersiapkan pernikahannya, calon pengantin laki-laki harus memenuhi syarat dari calon pengantin perempuan. Rata-rata dalam etika naulu telah ditetapkan persyaratan-persyaratan yang diajukan untuk calon pengantin laki-laki


2.      Pakian Khas Suku Naulu


Pakaian  masyarakat suku Nuaulu dapat dibedakan menjadi dua versi yaitu :


a)      Pakaian  sehari-hari, Untuk  pakaian  sehari-harinya  masyarakat  suku  Nuaulu biasanya  memakai  pakaian  seperti  masyarakat  pada  umumnya.


b)      pakaian  adat  yang  hanya  digunakan  khusuus untuk  acara-acara  adat.




E.     Interaksi Kepercayaan Suku Naulu dengan Agama-agama Lain


Interaksi  suku Naulu dengan agama masyarakat sekitar dapat dikatakan saling menghargai, bahkan saat ada tradisi mereka yang dilarang karena bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, mereka pun rela melepas tradisi mereka. Salah satunya adalah tradisi yang kontroversial yaitu dimana ada rumah adat yang baru atau memeperbaiki rumah adat yang lama, maka mereka akan menggunakan kepala manusia dalam ritual sakral ini.


Namun pada Juli 2005 lalu, Pemerintah melarang suku Naulu untuk melakukan ritual ini, karena berlawanan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, serta menghormati agama-agama sekitar yang sangat menjunjung tinggi kemanusiaan. Awal mula dilarangnya tradisi ini karna warga Masohi kecamatan Amahai kabupaten Maluku Tengah digegerkan dengan penemuan dua sosok manusia yang sudah terpotong-potong bagian tubuhnya. Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrene adalah korban persembahan tradisi suku Naulu saat akan melakukan ritual adat memperbaiki rumah adat marga Sounawe. Kepala manusia yang dikorbankan diyakini mereka akan menjaga rumah adat mereka dari bahaya ataupun gangguan roh-roh jahat yang diyakini oleh suku Naulu. Bagian tubuh kedua korban yang diambil selain kepala yang nantinya diasapi adalah jantung, lidah, dan jari-jari. Sementara anggota tubuh yang tidak diambil makan akan dihanyutkan di aliran sungai Ruata (sungai yang mengalir di provinsi Maluku).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar