Suku Amungme
sumber:
Suku Amungme hidup di PulauPapua yang merupakan pulau
terbesarkedua di dunia dengan luas 892.000 km2.Letaknya antara 00 sampai 120
lintang selatan,dengan iklim tropis. Secara geograis,Pulau Papua dialiri oleh
sungai-sungaiyang lebar dan di beberapa tempat terdapatdanau-danau yang luas.
Suku Amungme adalah kelompok Melanesia terdiri dari
13.000 orang. Mereka menjalankan pertanianberpindah, menambahnya dengan berburu
dan mengumpul. Amungme sangat terikat kepada tanahleluhur mereka dan menganggap
sekitar gunungsuci. Gunung yang dijadikan pusat penambanganemas dan tembaga
oleh PT. Freeport Indonesia merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh
masyarakat Amungme, dengan nama Nemang Kawi. Nemang artinya panah dan kawi
artinya suci. Nemang Kawi artinya panah yang suci (bebas perang) perdamaian.
Wilayah Amungme di sebut Amungsa.
A. Lokasi
sumber:
Suku
Amungme adalah salah satu suku yang tinggal di dataran tinggi Papua. Suku
Amungme memiliki tradisi pertanian berpindah, dan berburu. Mereka mendiami
beberapa lembah luas di kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya antara
gunung-gunung tinggi yaitu lembah Tsinga, lembah Hoeya, dan lembah Noema serta
lembah-lembah kecil seperti lembah Bella, Alama, Aroanop, dan Wa. Sebagian lagi
menetap di lembah Beoga (disebut suku Damal, sesuai panggilan suku Dani) serta
dataran rendah di Agimuga dan kota Timika. Amungme terdiri dari dua kata
"amung" yang artinya utama dan "mee" yang artinya manusia.[1]
B. Asal
Usul dan Kepercayaan Suku Amungme
Amungme adalah salah satu suku yang ada di daerah
Papua selain suku Dani yang kita kenal, sebagian besar berasal dari Kabupaten
Mimika. Kata Amungme dibagi menjadi dua yaitu "amung" yang artinya
utama dan "mee" yang artinya manusia. Amungme berasal dari derah
Pagema (lembah baleim) Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata kurima yang
artinya tempat orang berkumpul dan hitigima yang artinya tempat pertama kali
para nenek moyang orang-orang Amungme mendirikan honey dari alang-alang.
Orang Amungme berasal dari suku Damal, keluarga besar
eogam-e, anak sukunya adalah suku Delem yang hidup di sepanjang sungai
Memberamo. Mereka percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak
sulung bangsa manusia, mereka hidup disebelah utara dan selatan pegunungan
tengah yang selalu diselimuti salju abadi yang dalam bahasa Amungme disebut
nemangkawi (anak panah putih).[2]
Suku Amungme sangat terikat kepada tanah
leluhur mereka dan menganggap gunung sebagai sesuatu yang sacral. Gunung yang
dijadikan pusat penambangan emas dan tembaga oleh PT. Freeport Indonesia
merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh masyarakat Amungme, dengan
nama Nemang Kawi. Nemang artinya panah dan kawi artinya suci. Nemang Kawi
artinya panah yang suci (bebas perang/ perdamaian).[3]
C. Mitologi
Suku Amungme
Konsep mengenai tanah, manusia dan lingkungan
alam mempunyai arti yang intergral dalam kehidupan sehari-hari. Tanah
digambarkan sebagai figure seorang ibu yang memberi makan, memelihara, mendidik
dan membesarkan dari bayi hingga lanjut usia dan akhirnya mati. Tanah dengan
lingkungan hidup habitatnya dipandang sebagai tempat tinggal, berkebun, berburu
dan pemakaman juga tempat kediaman roh halus dan arwah para leluhur sehingga
ada beberapa lokasi tanah seperti gua, gunung, air terjun dan kuburan dianggap
sebagai tempat keramat. Magaboarat Negel Jombei-Peibei (tanah leluhur yang
sangat mereka hormati, sumber penghidupan mereka), demikian suku Amungme
menyebut tanah leluhur tempat tinggal mereka.[4]
D. Sosial
Secara tradisional masyarakat Amungme terbagi
menjadi dua bagian. Dalam istilah antropologi dikenal dengan nama paroh
(moieties). Paroh pertama adalah Mom, paroh kedua adalah Magai. Lemasa adalah
salah satu Lembaga Adat Suku Amungme yang berkedudukan di Timika, Papua. Lemasa
ini didirikan pada tahun 1994.[5]
E. Adat
Istiadat Suku Amungme
1. Upacara
Upacara
tradisional yang dinamakan dengan Bakar Batu. Tradisi ini merupakan salah satu
tradisi terpenting masyarakat suku amungme yang berfungsi sebagai tanda rasa
syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, atau untuk mengumpulkan
prajurit untuk berperang. Persiapan awal tradisi ini masing - masing kelompok
menyerahkan hewan babi sebagai persembahan, sebagain ada yang menari, lalu ada
yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses ini awalnya dengan cara
menumpuk batu sedemikian rupa lalu mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan
batu menjadi panas. Setelah itu, babi yang telah di persiapkan tadi dipanah
terkebih dahulu. Biasanya yang memanah adalah kepala suku dan dilakukan secara
bergantian. pada Tradisi ini ada pemandangan yang cukup unik dalam ritual
memanah babi. Ketika semua kepala suku sudah memanah babi dan langsung mati,
pertanda acara akan sukses dan bila tidak babi yang di panah tadi tidak
langsung mati, diyakini acara tidak akan sukses.[6]
sumber:
Tradisi
Pernikahan, idealnya perkawinan orang Amungme terjadi secara eksogami paroh dan
eksogami klen. Aturan adat Amungme mengharuskan perkawinan dilakukan antara
seorang laki-laki atau perempuan dari mom menikah dengan dengan seorang
laki-laki atau perempuan dari magai.[7]
2. Bahasa
Suku
Amungme memiliki dua bahasa, yaitu Amung-kal yang dituturkan oleh penduduk yang
hidup disebelah selatan dan Damal-kal untuk suku yang menetap di utara. Suku
Amungme juga memiliki bahasa simbol yakni Aro-a-kal. Bahasa ini adalah bahasa
simbol yang paling sulit dimengerti dan dikomunikasikan, serta Tebo-a-kal,
bahasa simbol yang hanya diucapkan saat berada di wilayah yang dianggap
keramat.
3. Tari dan Musik
Tarian adat suku amungme adalah tari suanggi
,goyang secara putar lingkaran ada pula sepertiseka namun membentuk segi empat
secara buka-tutup (weitak alan borat) dan bernyanyi saat semalaman di honai
antara pria dan wanita saling membalas sambil membagi harta milik wanita pria
dan sebaliknya pria pada wanita( tem ) serta harmoni music(pingkol) saat subu
di honai lelaki dan seruling (waau) saat tertentu dengan menggunakan bambu
hutan primer.
F. Budaya
Amung-kal adalah bahasa yang digunakan oleh
orang Amungme yang hidup disebelah selatan. Sedangkan Damal-kal untuk orang
Amungme yang hidup di sebelah utara. Maka dari itu dalam suku Amungme terdapat
dua bahasa. Selain itu suku Amungme juga
memiliki bahasa simbol yang berbeda dengan bahasa komunikasi sehari-hari yaitu
Aro-a-kal adalah jenis bahasa simbol yang paling sulit dimengerti dan dikomunikasikan,
serta Tebo-a-kal sebagai jenis bahasa simbol yang hanya diucapkan sewaktu
berada di wilayah tertentu yang dianggap keramat.
G. Ekonomi
Selain
bahasa dan asal muaasal suku Amungme suku Amungme telah menggunakan uang tukar
resmi (rupiah) sebagai alat jual-beli, tidak lagi menggunakan sistem barter.
Barang-barang yang dijual masih sangat terbatas, seperti: makanan pokok;
petatas, keladi, umbi-umbian, minyak goreng, sayur-mayur, alat jahit-menjahit
sederhana, dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari lainnya seperti garam, sabun
dan rokok.
Saat
ini budaya barter maupun alat tukar eral sudah tidak pernah lagi digunakan oleh
sebagian besar suku Amungme yang tinggal di perkotaan atau berdampingan dengan
budaya kota. Berbeda dengan masyarakat suku Amungme yang tinggal di pedalaman
bagian Utara, yaitu di daerah pegunungan masih menggunakan eral.
Eral
sendiri adalah sistem tukar - menukar barang dengan alat tukar sah yang diakui
masyarakat Amungme, berupa kulit bia (siput). Kulit bia ini diperoleh dengan
tukar-menukar barang dengan masyarakat yang tinggal di pantai. Setelah kulit
bia diperoleh, mereka membawa pulang ke tempat tinggalnya di pedalaman dan
membentuknya menjadi alat tukar suku.
[1] Dikases pada
tanggal 09 Juni 2016 dari http://id.mitologi.wikia.com/wiki/Suku_Amungme
[2] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1244/suku-amungme-mimika-papua
[3] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://sukuamungme.web.id/index.php/sample-page/
[4] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://sukuamungme.web.id/index.php/2015/09/30/suku-amungme-papua/
[5] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://conansaputra.blogspot.co.id/2013/04/tugas-ips-identifikasi-unsur-budaya.html
[6] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://inboxalif.blogspot.co.id/2013/01/suku-amungme-pulau-papua.html
[7] Diakses pada
tanggal 18 Mei 2016 dari http://dwitiyadjzz.blogspot.co.id/2011/05/kebudayaan-suku-amungme-di-irian-jaya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar